A Natural Reminder.

Death. A natural reminder of how must I treasure life.

Hari ini banyak baca berita tentang korban Sukhoi. Duka cita yang sedalam-dalamnya. Semoga arwah para korban di terima Sang Pencipta dan keluarga korban diberikan keikhlasan dan ketabahan.

Setiap kali mendengar berita tentang seseorang yang meninggal dunia otomatis saya teringat bagaimana saya harus berbuat di dunia. Ibu saya sudah meninggal dan itu pukulan telak dalam hidup saya. Kehilangan seseorang yang sangat berarti dalam hidup memang berat tapi bagaimanapun saya tetap hidup dan saya belajar banyak hal.

Saya belajar apa yang saya perbuat di dunia adalah bekal saya di hari akhir. “Jika seseorang meninggal, maka amal perbuatannya terputus kecuali dari tiga perkara ; sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan dan anak shalih yang mendo’akannya” Begitu yang saya pelajari dan percayai. Tidak pernah terpikir bahwa menunggu waktu penghisaban lama dan tanpa dapat melakukan apa-apa. Dari situ saya belajar semasa saya masih hidup saya harus beribadah sebanyak-banyaknya. Memang ada doa anak yang shaleh tapi bukan berarti hanya mengharapkan tanpa beribadah yang banyak. Itu saya, orang lain mungkin berbeda. Untuk ibu saya, saya hanya bisa menjadi anak yang shaleh, dan menjadi shaleh pun tidak mungkin tanpa ibadah.

Tujuh tahun waktu yang saya butuhkan untuk benar-benar ikhlas bahwa Ibu saya meninggal adalah takdir dan pasti terjadi pada setiap manusia. Hanya waktunya kita tidak pernah tahu. Tapi dari situ saya belajar seharusnya tidak takut akan kematian. Belajar ikhlas tidak ada satu pun di diri kita yang memang milik kita. Semua milik Sang Pencipta. Semua kembali pada-Nya.

Kematian yang tidak tahu kapan akan datang, kita pasti akan bertemu. Pasti.

Semoga kita menjadi pribadi yang terus menuju kesiapan akan hal-hal yang pasti terjadi.

Cheers.

Leave a comment